Monday, June 29, 2009

Kisah Manoharā

Berikut ini saya akan memberikan sedikit kisah tentang Manohara, tapi bukan manohara yang sedang ramai-ramainya diberitakan di TV.. hehehe Kisah Manohara kali ini tentang kisah Dalam cerita Buddhis yang ada di candi borobudur.. Mau tahu kisahnya gimana? silahkan membaca lebih lanjut dibawah ini..

Manoharā yang artinya ’Cantik’ adalah ‘Dewi Kinnara’ sejenis makhluk halus yang berkepala manusia namun berbadan burung.

Kisah ‘Putri Manoharā’ yang terdapat dalam kitab Gaṇḍavyūha terpahat di relief di sebelah barat, lorong kedua candi Borobudur menceritakan kisah sedih Manoharā karena perlakuan mertua yang tidak baik padanya sehingga dia minggat dari istana dan pulang ke ‘Negeri Kinnara’.

Alkisah seorang pemburu yang bernama Halaka mengunjungi seorang ‘Resi’ yang berdiam di tepi sebuah telaga, kemudian Resi menceritakan bahwa ada Dewi yang berbadan burung namun berkepala manusia, wajahnya sangat cantik dan memiliki suara yang merdu, lembut serta manis bagaikan madu. ‘Dewi Kinnara’ ini dapat berubah ujud menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

Kemudian dengan menggunakan sebuah ‘jaring sakti’ Halaka menangkap Manoharā ketika sedang mandi bersama dayang-dayangnya. Manoharā yang tertangkap halaka hanya dapat pasrah pada nasibnya saja, lalu dia menyerahkan ‘permata’ yang ditanam di dahinya pada Halaka, sedangkan dayang-dayangnya menghilang dalam ketakutan.

Kemudian seorang putra mahkota kerajaan ‘Pañcala Utara’ yang bernama ‘Sudhana’ melihat kecantikan Manoharā langsung jatuh cinta. Kemudian Halaka menyerahkan Manoharā pada pangeran Sudhana untuk diboyong ke istana sebagai permaisuri.

Raja memiliki dua orang penasihat (Purohita), yang pertama sangat setia pada raja sedangkan yang kedua lebih setia pada pangeran Sudhana karena pernah dijanjikan akan diangkat menjadi penasihat ketika pangeran Sudhana naik tahta. Hal ini diketahui oleh penasihat pertama sehingga dia khawatir akan kehilangan jabatan ketika pangeran naik tahta kelak.

Kemudian dia mengatur siasat untuk menyingkirkan pangeran Sudhana dengan menyarankan Raja agar mengirim Sudhana untuk memadamkan pemberontakan yang tengah berkecamuk di suatu daerah di negeri ini, misi ini sangat berbahaya karena tujuh misi serupa sebelumnya selalu gagal melaksanakan tugasnya.

Sebelum pergi untuk melaksanakan tugas yang diembannya, pangeran Sudhana kemudian menemui ibunya untuk menyerahkan Manoharā beserta permata dari dahinya pada ibunya, dia mohon agar ibunya berkenan menjaga Manoharā.

Sungguh beruntung di tempat pemberontakan pangeran Sudhana memperoleh bantuan pasukan Yakṣa (peri) di bawah pimpin jendral ‘Pañciko’ yang diutus oleh ‘Raja Yakṣa”, sehingga dia mampu memadamkan pemberontakan tersebut. Setelah tugasnya selesai kemudian dia kembali ke istana.

Pada suatu malam raja merasa gelisah karena dibayangi mimpi buruk, penasihat raja kemudian menyarankan agar raja berkenan mengadakan upacara korban dengan cara mengorbankan Manoharā, pada awalnya raja menolak tapi pada akhirnya dia menyetujui juga upacara korbanan ini.

Manoharā yang mendengar hal itu lalu minta tolong agar ibu mertuanya berkenan menolongnya, namun ibu mertuanya tidak menemukan cara untuk menyelamatkannya.
Kemudian dia menyerahkan kembali permata pada Manoharā, sehingga Manoharā dapat terbang kembali ke ‘Negri Kinnara’.

Untuk mempermudah pangeran Sudhana menemukannya kelak maka dia singgah dulu ke tempat ‘Resi” di mana dia ditangkap.

Kemudian Manoharā menyerahkan ‘cincin pengenal’ sebagai tanda darinya kepada ‘Resi’ untuk disampaikan pada pangeran Sudhana agar dapat menyusulnya kelak dan dia juga menunjukkan jalan ke ‘Negri Kinnara’.

Setelah menghadap Raja maka pangeran Sudhana menyerahkan semua harta pampasan kepada Raja, kemudian dia kembali ke istananya untuk menemui Manoharā.

Namun dia tidak menemukan Manoharā di istananya, kemudian ibunya menceritakan semua kejadian tersebut pada pangeran Sudhana, tanpa kehadiran Manoharā hidupnya terasa hampa, kemudian dia bertanya pada Halaka tentang hal ini dan Halaka menganjurkan agar menemui Resi yang berdiam di tepi telaga.

Raja berusaha mencegah kepergian pangeran Sudhana dengan mengerahkan pasukan untuk menjaga pintu gerbang istana, namun pangeran Sudhana berhasil lolos dan tiba di tempat Resi dengan selamat, dengan bantuan ‘cincin pengenal’ dan petunjuk jalan maka dia berhasil tiba di ‘Negri Kinnara’.

Tidak jauh dari istana di ibukota ‘Negri Kinnara’ pangeran Sudhana melihat beberapa Kinnara sedang mengambil air untuk mandi putri Manoharā, kemudian pangeran Sudhana meletakan ‘cincin pengenal’ di dalam pot air untuk diperlihatkan pada putrid Manoharā.

Setelah mendengar laporan dan melihat cincin tersebut maka secara rahasia pangeran Sudhana bisa dibawa ke istana untuk menghadap Raja Druma, awalnya raja ingin mencabik dan memotong Sudhana menjadi beberapa potongan namun akhirnya raja menerima dengan bersahabat, Raja meminta bukti kemampuan dan keterampilan pangeran Sudhana.

Alkisah pangeran Sudhana merasa rindu kampung halamannya, maka dia mohon diri agar diizinkan pulang ke negerinya.
Kemudian Pangeran Sudhana diangkat oleh ayahnya sebagai Raja di negeri kerajaan ‘Pañcala Utara’ dan hidup bahagia bersama Manoharā

Semoga tercerahkan,
Cunda

Disadur dari FaceBook.com

No comments:

Post a Comment